Bermula menghendaki engkau akan meninggalkan usaha padahal Allah telah menetapkan kau untuk berusaha maka itu keinginan sahwat tercela. Sedangkan Keinginan berusaha padahal Allah tidak menyuruh berusaha itu penurunah pangkat/ himmah.
Manusia dibagi atas 3 golongan:
1. Kelompok awamul muslimin, yaitu orang muslim yg tidak ada hasrat makrifat, tidak ada keinginan dekat dgn Allah, tiada ingin memiliki pangkat yang tinggi di sisi Allah. Inginnya hanya hidup senang, dan mati ke surga.
2. Orang yang makrifat, ialah orang yang sudah masuk surga sebelum mati, mereka tidak rindu surga akherat, itulah org arifin.
Dalam dunia ada surga, siapa masuk dalam surga dunia ia tak ingin masuk lagi surga di akherat yaitu makrifat kepada Allah.
3. Kelompok salikin/ Muridin orang yg ada niat atau keinginan, hasrat untuk makrifat, keinginan untuk mendapat title hamba yg diridhai. Punya niat dan masih dalam perjalanan menuju apa yang ia niatkannya.
Orang ini, Menuntut ilmu, kemudian mengamalkan sedikit demi sedikit, itulah para salikin.
Untk mencapai pangkat yang tinggi disisi Allah kita harus berjalan, dituju dan dinaiki karena kedudukannya sangat tinggi. Naik tangga demi tangga, inilah salik yang keluar dari golongan Orang awam.
Kelebihan salikin ialah apabila seseirang salik benar-benar ingin makrifat, dan ia berusaha untuk itu, kemudian ia mati di tengah jalan dalam perjalanan makrifat kepada Allah, maka ia digolongkan sebagai orang yang makrifat kepada Allah.
Hendaknya kita ada keinginan mempunyai kemulian disisi Allah.
Orang yang salik telah memilih mana pekerjaan yang patut dibawa dalam perjalanannya. Mana yang perlu dan mana yang tidak perlu, maka itu sebagian ditinggkan diganti dengan amal dan perbuatan yang perlu.
Ada amal-amal yang tetap dkerjakan, ada yg ditinggal... Amal perbuatan dipilih.
Seperti mendahulukan tobat ketimbang beramal, meninggalkan ghibah, mencuri, fitnah dan sebagainya terlebih dulu.
Awal perjalanan salikin yaitu "Taubat"
Apabila ada Hutang pada Allah dalam perkara yang wlib maka harus dibayar terlebih dulu, kezaliman pada makhluk harus diselesaikan, minta kehalalan dan minta keridhaannya.
Misal hutang pada Allah sholat fardhu, puasa wahib, maka bayar secara bertahap, pernah memfitnah menganiyaya mintalah maaf dan minta keredhaan yang bersangkutan.
Apabila sudah taubat dan mebersihkan dirinya berarti telah jalan. Taubat dari dusta, ghibah, dan sebagainya. Ini lebih utama ketimbang banyak sholat sunnat, membaca qur'an dan sebagainya.
Sehingga kita beramal namun sia-sia, perjalanan kita hanya jalan ditempat, Banyak sholawat, sholat sunnat namun hati sombong, iri, dengki, memfitnah dan menghibah..
Ini tentu lebih utama membereskan perkara yang justru merusak amal dan membuat amal sia-sia.
Setelah taubat baru diisi dengan amaliyah berupa menuntut ilmu, dzikir, sholawat,baca quran dan tafakur, dan sebagainya.
Orang salik itu tergantung dimana Allah menmpatkan dirinya.
Apabila Allah menempatkan pada makam berusaha (Ashbab) maka mesti berusaha. Apabila dimakam tidak berusaha(Tajrid) maka janganlah berusaha.
Tandanya seseorang salik berada pada maqam berusaha (Ashbab):
*Usaha yang selama ini ada dipegang, dijalankan cukup untuk rumah tangga dan membantu fakir miskin.
*Usaha itu tidak melalaikannya pada berzikir kepada Allah.
*Usah tidak menarik membawanya pada yang haram dan maksiat.
*Usaha ini menimbulkan niat yang bagus dari usaha itu. Seperti menjaga supaya jangan meminta-minta, bisa menuntut ilmu dan beribadah, untuk jadi orang yang jujur dalam usah, dan lain lain.
Bila seorang salik berada pada maqam ini, hendaklah jangan meninggalkan usaha.
Apabila meninggalkan usaha, berarti itu keinginan sahwat, bukan dari Suruhan Allah.
Apabila berada pada Maqam Asbab ini tandanya apabila wirid jalan dan usaha tetap jalan, tidak mengurangi wiridan.
Orang salik ada yang di maqam tajrid meninggalkan usaha. Orang yang berada di maqam ini Allah yang membuatkan usaha. Ia tidak berusaha namun dibukakan Allah hati orang lain, sehingga orang-orang datang memberikan harta padanya, dalam hal ini termasuk perempuan yang hidupnya dicukupi oleh suaminya.
Kalau orang yang dimaqam ini ingin membuka usaha maka ini penurunan tingkat.
Misal wanita yg dicukupi suami segalanya cukup untuk kehidupannya, namun ingin membuka toko maka ini penurunan tingkat atau himmah.
Maqam tajrid lebih tinggi dari maqam usaha (ashbab).
Seperti Nabi Musa yang berada di maqam asbab, dan Nabi Khidr yang ada di maqam tajrid.
Dalam perjalanan mereka kelaparan, hingga sampailah di suatu kampung, namun orang di kampung tersebut tidak menjamu mereka. Disana ada bangunan yang ingin roboh, dengan tangannya dari jauh Nabi Khidir memperbaiki bangunan itu.
Nabi musa menegur Khidir, kenapa mau menolong sedangkan orang dikampung itu tiada yang mau menolong mereka dan Nabi Khidr diam saja..
Kemudian setelah itu, ada seseorang yg membawa 2 bungkus makanan. Untuk Nabi Khidr 1 bungkus, untuk Nabi Musa 1 bungkus. Ketika dibuka, punya Nabi Khidr serba matang dan siap santap, sedangkan punya Nabi Musa serba mentah dan perlu dimasak.
Orang yang sudah dicukupi rezekinya oleh Allah, rezeki lapang seperti hal diatas tadi, maka jangan lah berusaha.
Tanda seseorang salik berada pada maqam tajrid(meninggalkan usaha).
*Allah mudahkan baginya kecukupan.
*Hatinya kuat, ada atau tiada sama saja, tidak mengadu pada manusia, cukup Allah.
*Tiada tamak dari manusia dan tiada befikir meminta pada manusia.
*Waktunya bersih, penuh dengan ibadah pada Allah. Capek istirahat kemudian sambung ibadah.
*Merasa kaya dengan Allah.
*Menempatkan hajatnya kepada Allah, apa-apa bila ada masalah atau keperluan ia berdo'a melapor pada Allah.
Jika sudah demikian maka jangan buka usaha, tinggalkanlah usaha.
Apakah Alah meletakkan kita pada makam usaha, maka liatlah usaha kita.
Pabila Allah ingin kita pindah dari maqam berusaha, maka kita berusaha namun mau tidak mau harus maksiat, ibadah wirid tertinggalkan, makaa itu tanda Allah ingin kita pindah ke maqam tajrid(mrninggalkan usaha).
Selama usaha bagus maka teruskan berusaha, jika kurang bagus cari yang bagus, jika tiada lagi maka itu isyarat Allah menyururuh untuk meninggalkan usaha. Niscaya Allah akan menunjang memfasilitasi keperluannya.
Orang yabg berusaha atau tidak berusaha, mereka sama mempunyai peluang untuk bisa makrifat, tinggal di maqam mana Allah meletakkan dirinya.
No comments:
Post a Comment