Tiada nafas yang dikeluarkan melainkan ada takdir Allah.
Nafas2 diliputi oleh qadar(takdir), sudah ditetapkan Allah, tiada sehembusan nafas yang lepas dari takdir Allah, dan tiada keluar dari engkau melainkan sudah ada yg terdahulu yaitu Ilmu dan ketentuan Allah.
Pada masa ajali sudah ditentukan pada masa itu jumlah nafas kita. Manusia rata2 bernafas tiap hari 24 ribu nafas, jika banyak aktifitas bisa mencapai 50 ribu nafas perhari.
Maka wajiblah meridhai dgn ketetapan dan takdir Allah, dan hakikat ridha itu bahwa tiada merasa keberatan atas ketetapan Allah.
Nafas kita tidak luput dari 4. dalam tiap dari 4 itu ada tuntutan kewajiban.
1. NAfas kita kadang itu nikmat, itu ketetapan Allah. Kewajiban atas itu kita wajib ridha dan wajib syukur atas nikmat itu, baik sedikit ataupun banyak.
2. Nafas kita kadang ketetapan itu adalah bala, supaya kita sadar nahwa kita sebelumnya dapat nikmat Allah, dengan adanya bala kita mengetahui nilai nikmat itu misal sehat ketika mendapat sakit. Kewajiban yang dituntut adalah wajib ridha dan wajib sabar(tiada keluh kesah).
3. Nafas itu kadang Allah menetapkan taat kepada Allah, menyikapinya dengan ridha dan wajib mengingat bahwa taat ini adalah anugerah daripada Allah SWT(jangan lupa suapaya tidak timbul ujub).
4. Dalam nafas kita ketetapan Allah kadang maksiat. Kita wajib ridha Allahenetapkan kita mengerja maksiat(jangan kesal krn itu adalah takdir) namun kita wajib bersegera taubat kepada Allah Swt jangan menyalahkan orang lain.. terimalah ketetapan Allah bahwa kita melakukan maksiat dan segeralah taubat.
Yang diridhai nukan maksiatnya namun yang diridhai ketetapan Allah menunjuk kita hari ini mengerja maksiat (ridha dgn Allah yang menghendaki dan menentukan pada masa ajali bahwa hari itu kita mengerja maksiat. Bukan maksiatnya.
Nafas kita dihitung oleh Allah, berapa yg keluar dan berapa sisanya.. jika habis maka berpindah alam dan meninggalkan dunia. Bila nafas itu dihitung oleh Allah, diakherat kelak Allah minta pertanggung jawaban. Setiap nikmat yang diberikan Allah pasti dimintai pertanggung jawaban diakherat. Nafas saja dihitung, apatah lagi perbuatan, perkataan, pendengaran, perbuatan hati dan sebagainya pasti dipertanggung jawabkan lelak dihari akherat kelak.
dalam hadist ditegaskan: Tiada satu hamba melangkah 1 langkah melainkan diakherat ditanya apa tujuan engkau melangkah itu.
dihari kiamat nanati Allah panggil sesiapa bahkan pangkatpun ditanya oleh Allah. Ditanya dgn cara apa dapat jabatan itu? Apakah cara yg benar atau curang? Setelah dapat jabatan itu kemana kau gunakan jabatan itu? Sebagaimana Allah menanyai amalnya.
Orang yang punya kedudukan, jabatan maka ia akan menyesal diakherat kelak karena susahnya pertanggung jawaban diakherat kelak. Orang yang mempunyai jabatan didunia adalah orang paling menyesal diakherat.
MAKa hitunglah hisablah diri kita sebelum dihisab diakherat..
Kalau kita jujur bisa kita menghitung diri kita, berapa taat dan berapa maksiat dan seberapa perkara sia2 macam tidur tanpa disertai niat untuk ibadah...
Kalau kita menghitung amal kita kalah dgn maksiat maka diakherat pasti lebih lagi.. yang menang dalam penghitungan kita taat pun mungkin kelak bisa saja kalah dgn maksiat....
Maka selesaikan perkara yang bisa diselesaikan didunia daripada di akjerat kelak. Jika kita mampu mengembalikan kejaliman didunia maka lakukan lah kembalikan pada haknya. Jika tidak mampu maka minta ridhalah padanya. Agar perkara itu tiada lagi diakherat kelak.
Orang yg membiasakan menghitung maka dituntut menyelesaikan prkaranya. Agar perkara akherat tiada perhitungn
No comments:
Post a Comment