(Tulisan ini sekedar mengingati diri sendiri dan menunaikan kewajiban menasehati keluarga/ anak-anakku, kubuat di kala istirahat melakukan analisis penilaian kinerja para guru, syukur kalau ada manfaatnya untuk ummat Rasulillah lainnya).
Mengapa kita perlu muhasabah dan mujahadah, karena kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang dirahmati dan diredhai Allah, dan kehidupan yang demikian jika kita menyelaraskan hidup dan kehidupan kita sesuai dengan kontrak perjanjian kita dengan Allah SWT, sewaktu di alam roh, dimana semua kita mengakui Allah sebagai Rabb (maha pengatur) kita, itu artinya kalau kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, yakni kehidupan yang dirahmati dan diredhai Allah, maka kita harus memformat dan menyelaraskan penataan dan menjalani hidup ini sesuai tata aturan Allah SWT, dalam anugerah apapun Allah letakkan kita, baik petani, peternak, buruh, bekerja di perkebunan, pedagang, karyawan, pegawai, pengusaha, murid, guru, ilmuan, ulama, rakyat atau pejabat, semua kita masing-masing harus terus melakukan muhasabah dan mujahadah untuk terus bisa memperbaiki diri dan tata kehidupan dan amanah kita sesuai anugerah yang diamanahkan kepada kita masing-masing, tentu amanah kehidupan sebagai rakyat akan berbeda jauh dengan manakala kita diamanahi sebagai pejabat yang menjadi pemimpin rakyat, amanah kehidupan sebagai penuntut ilmu akan berbeda jauh dengan manakala kita diamanahi sebagai ulama atau ilmuan yang menjadi pencerah ummat … dst
Adalah sebuah kewajaran kita melupakan perjanjian itu, karena perjanjian itu berada di alam roh, sehingga manakala kita berada di alam jasad ini, logis sekali kita merasa tak membuat perjanjian itu, karenanya perjanjian atau sering disebut MU’AHADAH itu diingatkan kembali minimal 21 kali di saat kita melaksanakan shalat 5 waktu, yakni pertama disaat membaca do’a iftitah (tertera dalam QS.Al An’am :162) yang dianjurkan dibaca di awal tiap shalat, ini berarti 5 kali dalam 5 waktu shalat :
ﺇِﻥَّ ﺻَﻠَﺎﺗِﻲ ﻭَﻧُﺴُﻜِﻲ ﻭَﻣَﺤۡﻴَﺎﻱَ ﻭَﻣَﻤَﺎﺗِﻲ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﭐﻟۡﻌَٰﻠَﻤِﻴﻦَ
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (Al : An'am162).
Dan yang kedua disaat kita membaca Al Fatihah pada tiap rakaat shalat, ini berarti 17 kali untuk 17 rakaat pada 5 kali shalat fardhu, yakni :
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌۡﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴۡﺘَﻌِﻴﻦُ
Hanya kepada Mu kami menyembah, dan hanya kepada Mu kami meminta pertolongan (QS.Al Fatihah : 5).
Konteknya dengan ibadah sebagai bentuk pengabdian kita sebagai hamba Allah, Nabi bersabda :
ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﺫِ ﺑْﻦِ ﺟَﺒَﻞٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢ : ﻳَﺎ ﻣُﻌَﺎﺫُ ، " ﺃَﺗَﺪْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺣَﻖُّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻥْ ﻳُﻌْﺒَﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﺗَﺪْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺣَﻘُّﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠُﻮﺍ ﺫَﻟِﻚَ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﻌَﺬِّﺑَﻬُﻢْ "
Dari Mu'adz bin Jabal dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah kamu mengetahui apa hak Allah terhadap hamba Nya? ' Saya menjawab; 'Allah dan rasul Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda: "Hak Allah atas mereka adalah agar mereka menyembah Nya, dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu apapun." Beliau bertanya; "Apakah hak mereka atas Allah apabila mereka telah melakukan hal tersebut ? ' Aku menjawab; 'Allah dan RasulNya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Agar Allah tidak mengadzab mereka." (HR.Bukhori muslim).
Seringnya kita disuruh mengungulang perjanjian atau Mu’ahadah itu, menandakan kita harus senantiasa melakukan muhasabah dan mujahadah karena kita harus mengistiqamahkan pengakuan kita bahwa Allah itu Maha Esa, Dia pemilik segalanya dan segala yang ada adalah bagian dari rahmat Nya, maka yakinkan di dalam hati bahwa semua yang ada di langit dan bumi, termasuk semua yang ada dan terjadi pada siang dan malam adalah kepunyaan Allah, dan Allah yang memberi makan semuanya termasuk diri kita, dan semua itu bagian dari rahmat Nya, maka jangan meminta perlindungan kepada selain Allah dan teruslah hati dan perasaan untuk senantiasa pasrah dalam kepengaturan Allah, bahwa memaksimalkan amal dan usaha serta hasil yang didapat adalah bagian dari curahan rahmat Allah atas diri kita, dan amal dan usaha dan hasilnya semua tak lepas dari pengaturan Allah SWT yang telah ditentukan Nya.
Lepaskan dari pandangan hati kita, bahwa ada campur tangan kita berupa kekuatan dan usaha dalam amal dan usaha itu beserta besar kecilnya hasil yang didapatkan, karena itu merupakan syirik khafi (tersamar), dan hal itu dianggap akan mendurhakai Allah yang telah mencurahkan rahmat Nya atas diri kita, dan yang demikian akan dimurkai Allah, dan setiap kemurkaan Allah akan diazab Nya, maka adalah keberuntungan besar manakala bisa melepaskan diri dari azab Allah, dan itu adalah bentuk rahmat Allah yang sangat besar.
Semoga Allah bimbing kita,orang tua, keluarga dan anak keturunan kita untuk menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang istiqamah menjalani dan menata hidup dan kehidupan kita di jalan Allah, jalan lurus yang dirahmati dan diredhai Nya, …. Dan semoga rahmat Allah senantiasa terlimpah dan melingkupi hidup dan kehidupan kita seluruh ummat Muhammad SAW.
Penulis : Drs. H. Munadi S. Ali, M.M.P.d
No comments:
Post a Comment