Tuesday, March 28, 2017

Berpikir Atau Tafakkur Adalah Pelita Hati (Penerang Hati)

Bermula berfikir adalah pelita hati penerang hati.
Apabila fikir tiada dalam hati maka tiada cahaya bagi hati.
Penerang hati itu yakni tafakur.

Bermula fikir / tafakkur yang dianjurkan oleh Allah, yang menghasilkan pujian atas orang yang bertafakkur yakni seperti memikirkan nikmat Allah, dan kebesaranNya.
Dan berfikir tentang cara membaguskan hatinya dan agamanya.
Membersihkan hati dari perkara yang tak baik seperti menghilangkan sifat sombong, bagaimana caranya menghilangkan dendam, iri, dengki. Itu sifat tercela yang tak hilang jika tidak dipikirkan cara menghilangkannya.

Berfikir bagaimna agar wudhu sempurna, sholat bagus, puasa, zakat, haji supaya bgus.

Dan juga seperti berpikir tentang hilangnya dunia, fananya dunia, dan tipu daya dunia, serta hinanya para pecinta dunia.

Tafakkur tentang itu terpuji dan berpahala
Berfikir akibat sebuah perkara, perkara dunia atau akhirat. Ini lebih baik dari ibadah setahun yang tidak disertai tafakkur.

Apabila ada ajakan nafsu dan syaitan kearah kejahatan, maka pikirkan akibatnya agar kita bisa menolak. Kenpa bisa kita mengerja maksiat?
Itu terjadi karena tidak memikirkan akibat dari maksiat.
Contoh ada ajakan riba, ada peluang riba, kesempatan  dan tawaran. Itu mesti di tafakurkan dulu akibatnya apa, agar kita bisa menghindari riba.

syaitan dan nafsu hanya berpikir untuk kenikmatan sesaat, dan  tidak berfikir akibatnya.
Kita tahu akibat riba walaupun menguntungkn tapi akhirnya kebangkrutan, kalau ada yang kaya sampai mati dengan rinba, maka kaya itu istidraj dari Allah untuk diberatkan siksanya di akhirat kelak.

Kalau ia bangkrut sebelum mati, maka itu teguran agar ia bertaubat.
Allah melaknat riba, Allah akan memusnahkan riba, kalau masih tidak berhenti maka ia berperang dengan Allah dan RasulNya. Maksudnya itu  adalah isyarat mati tidak membawa iman (su'ul khatomah).
Kesusahan duniawi atau kemiskinan hanya berlaku di dunia. Namun jika ia menjalankan riba maka itu adalah kesusahan dunia akhirat.

Ada lagi ajakan syaitan dan nafsu yakni mengambil hak org lain, semacam korupsi. Kenapa ini terjadi?.
Itu karena tiada bertafakkur akan akibatnya. Sama halnya mengurangi timbangan. Orang yang mengambil hak orang lain akibatnya hilangnya kecintaan Allah, amal ibadah tiada dihiraukan Allah karena hilang cinta Allah, jauh dari rahmat Allah, terhina di dunia, dicabut berkah darinya, maka ia akan senantiasa ingin maksiat. Baik umur yang ia gunakan untuk maksiat, harta, kendaraan.
Bahkan anak dan istrinya pun hilang berkah. Yang dulunya anak itu sholeh, istri itu sholehah kini berubah menjadi pembangkang dan durhaka suka maksiat.
Berkah itu berakibat bagus pada seluruh perkara. Jika itu hilang maka buruklah perkara kita.

Orang yang berfikir sebelum melakukan suatu perkara tidak akan rugi, kita perlu memikirkan akibat dari perkara maksiat agar kita mampu meninggalkannya.
Seperti ingin makan danging sedangkan ia memiliki penyakit yang berhubungan dengan kolesol yang bisa mengakibatkan stroke bahkan kematian. Memikirkan akibat ini akan membuat ia takut makan dan bisa mehindarinya, karena berbahaya.

Jadi, pikir adalah pelita hati sehingga hati terang, bisa membedakan perkara yg benar dengan cahaya itu. Jelaslah dengan adanya lampu penerang, bahwa  yang benar itu benar dan yang batil itu batil.

Bermula hati yang kosong dari cahaya(tiada pikir). Itu hati yang kosong dari cahaya seperti rumah yang gelap gulita.
Dan tiada pada hati yang gelap itu kecuali jahil, buta dan terperdaya.
Orang yang tidak tafakur akan mudah tertipu.
Pikir adalah pelita hati bila mana hilang maka hati tiada becahaya.
Kita sholat, karena kita berfikir untuk kebaikan dunia dan akherat kelak, menuntut ilmu karena befikir, agar tahu dan bisa melaksanakan ketaan dengan benar dan sesuai dengan yang diharapkan.

No comments:

Post a Comment