Tuesday, March 7, 2017

Berkah Umur Tidaklah Ternilai dan Tergambarkan Bertapa Besarnya

Siapa yang diberkahi umurnya, maka meperdapati ia pada sedikit masa umurnya dari anugerah Allah yang tidak tidak bisa diibaratkan dan diisyaratkan.

Siapa yang diberkahi umurnya, dengan Allah berikan padanya kepandaian yang mendorongnya mengambil kesempatan karena takut keluputan, maka ia gunakan Waktunya untuk bersegera untuk beramal baik sifatnya jahir atau batin dan ia habiskan kemampuannya untuk demikian itu. Maka memperdapati ia akan waktu sedikit akan nikmat, anugerah, keberkahan Allah yang tidak bisa disebutkan dengan ibarat dan diisyaratkan karena saking besarnya.

Setiap waktu ada tuntutan zikir, orang yang pandai, ia bisa menempatkan zikir itu pada waktu tertentu dan keadaan, sehingga zikir itu bernilai tinggi dan tidak ternilai.
Setiap zikir itu bagus, tapi ada waktu dan keadaan tertentu. Dimana jika kita menggunakannya di waktu dan keadaan tertentu yang tepat, maka zikit itu nilainya tinggi di sisi Alkah. Seperti sebelum makan membaca basmallah. Ini lebih bagus dari pada membaca Laailaha ilallah 100x sebelum makan. Karena tuntutan waktu itu yang tepat adalah membaca basmallah, bukan laailaha ilallah. Dan setelah makan membaca Hamdallah.
atau orang yang mau tidur, membaca bismikallahumma ahya wa amut.

Orang yang umur diberkahi, maka ia dipandaikan Allah dalam memilah zikir-zikir itu. Sehingga waktu yang sedikit, memperdpati ia akan amal yang lebih baik dan leboh tinggi nilainya.
Pandai memilih dan memilah mana zikir yang sesuai waktu dan keadaan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Berkah pada umur bukan pada panjang umur (banyaknya malam dan siang pada umurnya), akan tetapi berkah umur itu menyertai akan umurnya itu pertolongan Allah, hidayah Allah, taufik Allah dan diterima amal ibadahnya oleh Allah.
Kalau umur berkah maka yang kita dapatkan tidak bisa digambarkan dan diibaratkan karena saking besarnya.
Maka itu akan menghasilkan berkah yang tidak bisa digambarkan dengan ibarat dan dijelaskan dengan isyarat.

Maka naiklah derajat orang itu. Misalnya ibadah satu bulan menyamai ibadah orang lain seribu bulan. Ini karena ia pandai memilah dan memilah mana yang lebih afdal dan utama. Mengutamakan yang wajib atas yang sunat. Lain halnya orang yang tidak pandai memilah, ia suka sedekah namun enggan bayar hutang, sholat sunah rajin, namun qadaan sholat wajib banyak.
Sholat wajib satu rakaat itu, menyamai 70 rakaat sholat sunat. Dan 70 rakaat sholat sunat, hanya menyamai 1 rakaat yang fardhu.

Orang yang umur berkah pandai menggunakan kesempatan dan keadaan.
Mendahulukan keluarga dan kerabat terhadap orang lain dalam hal membantu, menuntut ilmu yang sesuai untuk keperluan diri dan saat itu lebih utama ( menuntut ilmu agar ibadah sah, kemudian ilmu agar ibadah diterima Allah, sebelum ilmu yang sifatnya tidak utama baginya).
Menuntut ilmu itu besar ganjarannya, namun harus sesuai aturan dan susunan tettib susunannya.

Bukanlah yang dipandang banyak wirid, tetapi yang dipandang banyak pahala dan banyak faedah, agar umur lebih berkah. Seperti memanfaatkan kesempatan lailatu qadr, tafakuur (tafakkur sesaat nilainya lebih tinggi dari ibadah setahun tanpa ada tafakkur, bahkan ada riwayat yang mengatakan sampai lebih dari 70 tahun). Tafakkur adalah ibadah andalan, karena tafakkur sesaat lebih utama daribibadah sekian tahun...

Terkadang zikir sedikit lebih banyak faedahnya (pahala) dari pada zikir banyak, karena keadaan dan waktunya itu sesuai dengan anjuran Rasulullah. Seperti zikir hendak makan, hendakasuk wc dan sebagainya.

Manusia ada yang diberkahi umurnya. Ada pula yang tidak diberkahi umurnya, mereka ini melakukan hal hal yang tidak bermanfaat dan tidak mendapatkan manfaat akhirat nantinya, inilah umur yang tidak berkah (kehilangan berkah).
Umur akan dipertanggung jawabkan di akherat kelak. Sebagaimana Hadits Rasulullah saw:

Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanyakan tentang (4 perkara) Pertama, tentang umurnya dihabiskan untuk apa. Kedua, tentang ilmunya diamalkan atau tidak. Ketiga, Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. Keempat,  tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.”
(HR Imam At-Tirmidzi)

Perkara umur, setiap orang akan menjawab dengan sebenar-benar apa adanya. Berapa umur? Kemana digunakan?
Ada yang menghabiskan umurnya untuk bertani bagi yang mengghabiskan umur untuk bertani, ada yang berdagang, ada pegawai. Dan ada yang untuk beribadah.
Dari sekian banyak yang pekerjan,hanya satu yang selamat yakni, orang yang menggunakan umur untuk ibadah. Kalau tidak untuk ibadah, maka masuk neraka. Karena tujuan kita diciptakan untuk ibadah.
Fitrah kita adalah beribadah kepada Allah.
Seperti maksud firman Allah dalam Al Qur an : "tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia, melaikan untuk beribadah kepada Ku..."

Boleh berdagang, boleh bertani,  jadi pegawai, dan yang lainnya yang halal asal untuk ibadah. Usahanya sebagai penunjang ibadah.

Perkara ilmu, seberapa banyak ilmu yang ia tuntut dan berapa telah diamalkannya.
Perkara hartanya, darimana diperoleh dan digunakan untuk apa?
Perkara jasad, anggota tubuh digunakan untuk apa apakah ibadah atau justru maksiat pada Allah?

Allah menanyakan itu, bukan karena Allah tidak tahu, sebab Allah bersifat Maha Tahu. Tujuannya adalah untuk memberi hujjah kepada manusia itu sendiri. Jadi, hambaNya itu tahu alasan kenapa ia masuk neraka dan dengan alasan yang jelas.
Jika Allah langsung memutuskan, ini masuk surga, ini masuk neraka maka manusia akan bingung dan bertanya-tanya kenapa ia masuk neraka?.

Orang yang diberkahi umurnya orang yang pandai mengunakan waktu-waktu dan keadaan pada umurnya untuk taat pada Allah Swt.

No comments:

Post a Comment