(Surat ke 4 dari Buku : 1001 Surat Cinta Buat Sang Kekasih, karya Adi Sutera)
Bagaimana mungkin mampu kugapai kepasrahan sebagai puncak gunung keyakinan pada diri Mu…kecuali Kau penuhi relung hatiku dengan api cinta hanya pada diri Mu. Namun keyakinanku terhadap diri Mu hanyalah keyakinan yang tak bernyawa, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu. Karena aku sadar bahwa keyakinanku terhadap diri Mu itu hanyalah keyakinan yang beku, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu, keyakinanku terhadap diri Mu itu hanyalah keyakinan yang tak ada kreasi, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu, keyakinanku terhadap diri Mu itu hanyalah keyakinan yang tak punya vitalitas, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu, keyakinanku terhadap diri Mu itu hanyalah keyakinan yang tak penuh daya cipta, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu, keyakinanku terhadap diri Mu itu takkan bisa kubawa bertarung melawan nafsuku sendiri, manakala Kau tak penuhi petala hati ini dengan anugerah cinta Mu itu.
Aku sungguh menunggu anugerah cinta Mu dalam penantian yang mengharu birukan hatiku ini, karenanya jika Kau berkenan menganugerahkan cinta hanya pada Mu saja yang memenuhi petala hatiku ini, barulah kehidupanku ini akan lebih bermakna, aku akan isi kehidupanku ini akan penuh kreativitas yang kubuat untuk menyenangkan Mu, akan kutunjukan vitalitas tinggi dalam menyenangkan diri Mu, akan kupersembahkan sekuat daya cipta yang ada untuk Mu, akan kululuh lantakkan musuh-musuh Mu yang membuat kamu benci, akan kutundukkan keinginanku selaras keinginan Mu, itulah janjiku berupa bunga dan buah-buah cinta yang indah dipandang dan sangat enak dinikmati dalam hidup dan kehidupan ini, yang akan senantiasa kupersembahkan ke haribaan Mu.
Duh Ya Rabb… bagaimana mungkin pohon keyakinanku terhadap diri Mu itu akan menghasilkan bunga dan buah-buah cinta yang indah dipandang dan sangat enak dinikmati yang akan kupersembahkan ke hadrat Mu, kecuali jika pohon keyakinanku terhadap diri Mu yang berada dipuncak gunung kepasrahanku hanya pada Mu yang kucintai, kalau tidak Kau kokohkan dan penuhi dengan makanan cinta yang Kau anugerahkan berbunga-bunga indah menghias relung hatiku ini yang semata hanyalah untuk diri Mu saja.
Sungguh cintaku menjalar diantara kekuatan keyakinanku pada diri Mu dan kekuatan dorongan keinginan memuaskan diriku sendiri. Manakala hati ini sebagai mahligai keyakinan terhadap diri Mu itu Kau penuhi dengan cinta hanya pada diri Mu, maka mestilah aku akan bisa berpasrah kepada Mu di puncak gunung tertinggi keyakinanku pada Mu, dan jadilah cintaku pada Mu akan laksana ombak menggulung diriku pasrah menurut apa saja mau Mu, jadilah cintaku pada Mu akan laksana api yang membakar diriku pasrah menjadi kepulan asap kemesraan bersama Mu, jadilah cintaku pada Mu akan laksana badai yang menjadikan nadsuku pasrah menuruti titah suruh Mu, jadilah cintaku pada Mu akan laksana dinginnya salju yang membuat aku pasrah dalam penantian mengharapkan dekapan Mu, jadilah cintaku pada Mu akan laksana arus deras yang menghanyutkan diriku dalam kepasrahan diri di hadrat Mu.
Sungguh jangan pernah cinta itu hanya Kau anugerahkan pada indahnya wajah Mu yang hanya menyenangkan mata lahirku saja, karena hal itu mestilah akan menjadikanku berpasrah pada tingginya gejolak nafsuku sebagai puncak tertinggi pemuasan diriku, dan mestilah cintaku akan menjadi ombak yang menggulung diriku pasrah menurut apasaja mau nafsuku, mestilah cintaku akan menjadi api yang membakar diriku pasrah menjadi kepulan asap kemesraan bersama birahiku, mestilah cintaku akan menjadi badai yang menjadikan diriku tak berkutik pasrah menuruti titah birahiku, mestilah cintaku akan laksana dinginnya salju yang membuat aku pasrah dalam buaian kepuasan jasad kasarku mengelus-ngelus keindahan wajah Mu, mestilah cintaku akan laksana arus deras yang menghanyutkan diriku dalam kepasrahan diri menjauh sesat dari jalan lurus menuju hadrat Mu…. aku tak mau anugerah cintaku menjauhkan diriku dari keredhaan Mu…aku hanya ingin menjadi pecinta yang memelihara keagungan cinta terhadap diri Mu yang sangat kuagungkan.
Duh ya Rabb… kepasrahan diri ini memang laksana laut, dan cintalah ombaknya yang menggulung indah, dan aku sadar sungguh bagaimana mungkin laut bisa kupisahkan dari gelombangnya. Kepasrahan diri ini adalah api, dan cinta adalah panasnya yang mampu membakar, sungguh bagaimana mungkin api dan panas itu dapat kupisahkan.
Kepasrahan diri itu adalah angin, dan cinta adalah badainya yang mampu memporak porandakan, sungguh bagaimana mungkin angin dan badai kupisahkan. Kepasrahan diri itu lakna hamparan salju, maka cintalah rasa dinginnya, sungguh bagaimana mungkin salju dan dinginnya dapat kupisahkan. Kepasrahan diri itu adalah sungai, maka cinta adalah arus derasnya yang mampu menghanyutkan, sungguh bagaimana mungkin sungai dan arusnya dapat kupisahkan. Sungguh aku tahu dan sadar akan hal itu… aku ingin mendapat dan bermain indah dengan anugerah cinta Mu…tapi aku hanya ingin berpasrah hanya kepada Mu bukan pada nafsuku…karenanya Kau yang menganugerahkan cinta nan agung di petala hatiku ini…hanya pertolongan Mu jua, baru aku sebagai pecinta dapat memelihara keagungan cinta dan kepasrahan itu.
Maka Ya Rabb… penuhilah hati kami dengan anugerah cinta Mu, biarlah cintaku pada Mu laksana ombak menggulung diri kami pasrah menurut apasaja mau Mu, biarlah cintaku pada Mu laksana laksana api yang membakar diri kami pasrah menjadi kepulan asap kemesraan bersama Mu, biarlah cintaku pada Mu laksana badai yang menjadikan nadsu kami pasrah menuruti titah suruh Mu, biarlah cintaku pada Mu laksana laksana dinginnya salju yang membuat kami pasrah dalam penantian mengharapkan dekapan cinta Mu, biarlah cintaku pada Mu laksana arus deras yang menghanyutkan diri kami dalam kepasrahan tertinggi di hadrat Mu. Dan peliharalah diri kami yang hina dan tak berdaya ini, Jangalah Kau penuhi cinta anugerah Mu itu hanya pada jasmani dan di mata lahir kami saja, sungguh apalah artinya cinta dalam hidup dan kehidupan ini, kalau pada akhirnya ombak besar mampu menggulung diri kami pasrah menurut apasaja maunya nafsu kami, atau kobaran gelora api cinta yang membakar diri kami pasrah menjadi kepulan asap kemesraan bersama kenikmatan sesaat birahi kami , atau cinta kami akan menjadi badai yang menjadikan diri kami luluh lantak dalam pemuasan nafsu kami, atau cinta kami akan laksana dinginnya salju yang membuat kamu pasrah dalam buaian kepuasan nafsu kami, atau bahkan cinta kami menjadi sebuah arus deras yang menghanyutkan diri kami sesat dari jalan lurus menuju hadrat Mu, maka hindarkanlah kami dari malapetaka karena salah memanfaatkan cinta anugerah dari Mu itu.
No comments:
Post a Comment